NAMA : CHRONIKA SIMATUPANG
KELAS           : TELKOMIL D4#4
NOSIS            : 20190421-E

PERCOBAAN 15

MEMBUAT RANGKAIAN RUNNING LED MENGGUNAKAN PROTEUS


  1. TUJUAN :   AGAR BASIS MAMPU MEMBUAT RANGKAIAN RUNNING LED MENGGUNAKAN PROTEUS
2.      ALAT DAN BAHAN :
            A.        IC 555
            B.        IC 4017
            C.        RESISTOR
            D.        CAPACITOR
            E.        BUZZER
            F.         PROTEUS
3.    TEORI :
A.           JELASKAN TENTANG IC 555 SEBAGAI ASTABIL MULTIVIBRATOR
IC 555 sebagai astabil multivibrator.
Astable multivibrator yang dibangun menggunakan IC pembangkit gelombang 555 cukup sederhana, karena hanya menambahkan fungsi rangkaian tangki selain IC 555 itu sendiri. IC pembangkit gelombang 555 merupkan chip yang didesain  khusus untuk keperluan pembangkit pulsa pada multivibrator dan timer. Tank circuit yang digunakan untuk membuat multivibrator astabil dengan IC 555 cukup menggunakan reistor (R) dan kapasitor (C). Rangkaian dasar multivibrator astabil yang dibangun menggunakan IC 555 dapat dilihat pada gambar rangkaian berikut. Rangkaian Astable Multivibrator IC 555.


Pada rangkaian tank cirucit multivibrator astabil dengan IC 555 diperlukan dua resistor, sebuah kapasitor. Kemudian untuk merangkai tank circuit tersebut resistor RA dihubungkan antara +VCC dan terminal discharger (pin 7). Resistor RB dihubungkan antara pin 7 dengan terminal treshod (pin 6). Kapasitor dihubungkan antara pin treshold dan ground. Triger (pin 2) dan input treshold (pin 6) dihubungkan menjadi satu. Pada saat sumber tegangan pertama kali diberikan, kapasitor akan terisi melalui RA dan RB . Ketika tegangan pada pin 6 ada naik di atas dua pertigaVCC, maka terjadi perubahan kondisi pada komparator 1. Ini akan me-reset flip-flop dan outputnya akan berubah ke positif. Keluaran (pin 3) berubah low dan basis Q1 mendapat bias maju. Q1 mengosongkan muatan C lewat RB ke ground.
Bentuk Output Astabil Multivibrator IC 555.


Ketika tegangan pada kapasitor C turun sampai di bawah sepertigaVCC, ini akan memberikan energi ke komparator 2. Antara triger (pin 2) dan pin 6 masih terhubung bersama. Komparator 2 menyebabkan tegangan positif pada input set dari flip-flop dan memberikan output negatif. Output (pin 3) akan berubah ke harga +VCC dan terjadi proses pengosongan melalui (pin7). Kemudian C mulai terisi lagi ke harga VCC melalui RA dan RB. Kapasitor C akan terisi dengan harga berkisar antara sepertiga dan dua pertiga VCC. Frekuensi output astable multivibrator dinyatakan sebagai f = 1/T . Ini menunjukkan sebagai total waktu yang diperlukan untuk pengisian dan pengosongan kapasitor C. Waktu pengisian ditunjukkan oleh jarak t1 dan t3. Waktu pengosongan diberikan oleh t2 dan t4. Frekuensi kerja astabil multivibrator dengan IC 555 diatas dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

Nilai resistansi RA dan RB sangat penting untuk pengoperasian astable multivibrator. Jika RB lebih dari setengah harga RA, rangkaian tidak akan berosilasi. Harga ini menghalangi sinyal triger turun dari harga dua pertiga VCC ke sepertigaVCC. Ini berarti IC tidak mampu untuk memicu kembali secara mandiri atau tidak siap untuk operasi berikutnya.

            B         JELASKAN TENTANG IC 4017 SEBAGAI SHIFT REGISTER.

            RANGKAIAN LAMPU BERJALAN DENGAN IC 4017

Rangkaian lampu berjalan adalah merupakan rangkaian elektronika yang sering dijadikan sebagai hiasan. Baik itu sebagai hiasan dirumah pribadi ataupun di tempat-tempat komersial seperti restaurant, taman, cafĂ© serta tempat-tempat lain yang dianggap lebih cocok dan menarik jika ditamhkan dengan kerlap-kerlip lampu hias. Lampu berjalan juga sudah dijadikan sebagai hiasan kota pada saat malam hari. Sehingga kota tersebut kelihatan lebih indah dan menarik.


Pada dasarnya semua rangkaian lampu hias menggunakan prinsip kerja yang sama dengan lampu berjalan, yakni memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian atau shift register sehingga dengan kondisi tersebut bisa dibuat kombinasi yang bervariasi antara lampu yang satu dengan yang lain. Apalagi jika kombinasi tersebut bisa dicocokkan dengan penataan warna yang sesuai, sehingga akan tercipta keindahan yang sedap untuk dipandang mata.


Untuk membuat rangkaian lampu hias sebenarnya bisa dibilang cukup mudah. Karena anda tidak perlu menguras pikiran untuk melakukan analisa kerja pada rangkaian dan juga tidak perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian pada rangkaian untuk memperoleh hasil yang maksimal. Yang anda butuhkan hanyalah rangkaian penghasil sinyal clock dan rangkaian shift register atau rangkaian penghasil keluaran yang bergantian. Anda bisa menggunakan rangkaian apa saja sebagai penghasil sinyal clock tersebut, seperti rangkaian oscillator transistor atau rangkaian astable IC 555. Kemudian untuk mendapatkan keluaran yang mempunyai logika bergilir anda bisa menggunakan IC 4017 yang sering dikenal sebagai Jhonson Counter dan paling sering digunakan pada rangkaian lampu berjalan. IC 4017 mempunyai 10 keluaran yang tercacah secara bergilir, yaitu mulai dari O0 (pin 3) sampai dengan O9 (pin 11). Anda bisa melihat keterangan pin IC 4017 beserta table kebenaran pada gambar di bawah ini :



TABEL KEBENARAN IC 4017
MR
CP0
CP1
OPERATION
H
X
X
O0 = O5-9 = H;O1 to O9 = L
L
H
N
Counter advances
L
P
L
Counter advances
L
L
X
No change
L
X
H
No change
L
H
P
No change
L
N
L
No change
H = HIGH state (the more positive voltage)
L = LOW state (the less positive voltage)
X = state is immaterial
P = positive-going transition
N = negative-going transition
n = number of clock pulse transitions

Gambar rangkaian lampu berjalan | gambar rangkaian lampu hias 

Rangkaian lampu berjalan diatas menggunakan sepuluh buah led sebagai indicator keluaran. Kecepatan kedipan lampu ditentukan oleh nilai R1, C1 dan VR1. Semakin besar nilai dari ketiga komponen tersebut maka jangka waktu akan semakin lama dan begitu juga sebaliknya. Keluaran dari IC 4017 mempunyai supply arus yang sangat terbatas sehingga anda harus menambahkan rangkaian driver sebagai switching pada arus beban yang lebih besar. Rangkaian driver tersebut bisa menggunakan transistor, SCR ataupun relay. Anda bisa juga menggerakkan lampu tegangan tinggi seperti lampu jala-jala PLN 220 volt dengan rangkaian diatas. Yakni dengan menggunakan relay ataupun SCR sebagai driver. Hanya saja jika anda menggunakan SCR maka anda harus menyearahkan terlebih dahulu supply PLN 220 volt dengan rangkaian penyearah, anda bisa menggunakan dioda 4007 empat buah untuk membuat rangkaian penyearah tersebut. Tapi jika anda menggunakan relay anda tidak perlu menyearahkan terlebih dahulu tegangan jala-jala 220 volt, anda cukup menghubungkan supply PLN tersebut dengan terminal pensaklaran relay. Hal ini dimungkinkan karena relay itu sebenarnya mempunyai prinsip kerja yang sama dengan saklar mekanik. Bedanya hanya pada relay digerakkan oleh gayamagnet, sedangkan pada saklar mekanik digerakkan oleh manusia.

B.           JELASKAN TENTANG RESISTOR

Pengertian Resistor

Resistor atau hambatan adalah salah satu komponen elektronika yang memiliki nilai hambatan tertentu, dimana hambatan ini akan menghambat arus listrik yang mengalir melaluinya. Sebuah resistor biasanya terbuat dari bahan campuran Carbon. Namun tidak sedikit juga resistor yang terbuat dari kawat nikrom, sebuah kawat yang memiliki resistansi yang cukup tinggi dan tahan pada arus kuat. Contoh lain penggunaan kawat nikrom dapat dilihat pada elemen pemanas setrika. Jika elemen pemanas tersebut dibuka, maka terdapat seutas kawat spiral yang biasa disebut dengan kawat nikrom.
Satuan Resistor adalah Ohm (simbol: Î©) yang merupakan satuan SI untuk resistansi listrik. Dalam sejarah, kata ohm itu diambil dari nama salah seorang fisikawan hebat asal German bernama George Simon Ohm. Beliau juga yang mencetuskan keberadaan hukum ohm yang masih berlaku hingga sekarang.

Fungsi Resistor

Resistor berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Jika ditinjau secara mikroskopik, unsur-unsur penyusun resistor memiliki sedikit sekali elektron bebas. Akibatnya pergerakan elektronya menjadi sangat lambat. Sehingga arus yang terukur pada multimeter akan menunjukan angka yang lebih rendah jika dibandingkan rangkaian listrik tanpa resistor.
Namun meskipun misalnya kita menyusun rangkaian listrik tanpa resistor, bukan berarti tidak ada hambatan listrik didalamnya. Karena setiap konduktor pasti memiliki nilai hambatan, meskipun relatif kecil. Namun dalam perhitungan matematis, biasanya kita abaikan nilai hambatan pada konduktor tersebut, dan kita anggap konduktor dalam kondisi ideal. Itu berarti besar resistansi konduktor adalah nol.
Bisakah dibayangkan jika konduktor yang terdapat pada rangkaian listrik tidak memiliki hambatan sama sekali. Ya, proses transfer daya pastinya akan optimal, jika kita aplikasikan pada komputer maka kecepatan komputer akan meningkat tajam dengan spesifikasi prosesor yang sama. Hal inilah yang beberapa dekade terakhir menjadi bahan perbincangan para ilmuwan bagaimana menciptakan konduktor tanpa hambatan, atau lebih dikenal dengan sebutan superkonduktor.

Cara Menghitung Resistor

Menggunakan Alat Ukur


Multimeter Digital
Dalam menghitung besarnya hambatan yang terkandung dalam resistor, kita punya beberapa teknik perhitungan. Pertama adalah cara yang paling gampang, yaitu dengan menggunakan multimeter digital. Setelah kita menyetel multimeter digital dalam mode “ohm”, lalu kedua terminal multimeter kita tempelkan dikedua kaki resistor. Dengan itu seketika muncul besar hambatan dari resistor yang kita ukur.

Multimeter Analog
Cara kedua yaitu dengan menggunakan multimeter analog. Untuk menggunakan alat ukur ini maka butuh sedikit keahlian dalam membaca skala pada multimeter. Pada multimeter analog, umumnya kita akan menemukan beberapa skala yang dapat digunakan sesuai kebutuhan ketelitian perhitungan.

Membaca Kode Warna

Dan satu lagi, tentunya pasti anda juga bertanya-tanya bagaimana cara menghitung resistor film karbon yang memilki banyak gelang warna. Biasanya cara ini sudah lama ditinggalkan karena para Teknisi lebih sering menggunakan alat ukur agar lebih cepat melakukan reparasi. Tetapi bagi anda yang belajar dan untuk praktik atau tugas sekolah berikut ini penjelasan lengkap cara membaca Kode Warna pada Film Karbon Resistor secara manual.

Cara mudah menghafal nilai dari kode warna Resistor yaitu dengan cara menghafalkan warna berdasarkan dari urutan pada tabelnya yaitu dengan singkatannya. “Hi Co Me O Ku, Hi Bi U A Pu” akan lebih mudah diingat untuk menghafal, yang biasanya digunakan untuk praktikum siswa pada kelas jurusan Teknik Audio Video, Elektronika dan segala jurusan yang memiliki materi pelajaran dasar elektronika.

Contoh Latihan Soal Kode Warna Resistor dan Jawabannya :

1.    Coklat, Merah, Merah, Emas = 1, 2, x100, 5% = 1200Ω 5%
2.    Perak, Hijau, Ungu, Merah = 10%, x1, 7, 2 = 27Ω 10%
3.    Biru, Abu Abu, Kuning, Emas = 6, 8, x10k, 5% = 680kΩ 5%
4.    Emas, Orange, Biru, Hijau = 5%, x10k, 6, 5 = 560kΩ 5%
5.    3k3Ω 10% = 3, 3, x100, 10% = Orange, Orange, Merah, Perak
6.    27kΩ 5% = 2, 7, 1k, 5% = Merah, Ungu, Orange, Emas
7.    0,5Ω 1% = 5, 0, (x0,01), 1% = Hijau, Hitam, Perak, Cokelat
8.    22k2 10% = 2, 2, 2, x100, 10% = Merah, Merah, Merah, Merah, Perak

Macam Macam Resistor

Resistor pada saat ini hanya terbagi menjadi dua macam, yakni resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variable resistor). Dari kedua macam resistor tersebut masih bisa dibagi lagi berdasarkan jenis jenisnya.
Resistor
Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor):
1. Potensiometer :
– Logartimik & Linear
– Putar & Geser
2. Trimpot
3. NTC dan PTC
4. LDR

1. Resistor tetap (fixed resistor)


Gambar Simbol Resistor Tetap
Resistor jenis ini memiliki nilai resistansi yang tetap dan permanen selama resistor tersebut dalam kondisi yang baik. Resistor tetap memiliki ciri ciri yang tidak bisa berubah ubah jika resistor tersebut tidak rusak. Resistor tetap juga terdiri dari beberapa jenis resistor yang dikelompokan berdasarkan bahan penyusun resistor tersebut. Berikut ini adalah pembahasan jenis resistor tetap secara mendetail :
a. Resistor Kawat

Resistor Kawat
Resistor kawat merupakan resistor pertama kali dibuat. Dahulu resistor ini digunakan dalam rangkaian yang masih menggunakan tabung hampa sebagai transistornya. Dengan ukuran fisik yang cukup besar dan juga bentuknya yang bervariasi pada masanya, resistor ini juga memilki nilai hambatan yang cukup besar pula. Resistor kawat juga mampu beroperasi pada arus kuat dan panas yang tinggi sehingga banyak ditemukan pada rangkaian elektronika bagian power. Rating daya yang terdapat pada resistor jadul yang ini adalah dalam bebrabagi ukuran seperti 1 watt, 2 watt, 5 watt, serta 10 watt.
b. Resistor Batang Karbon

Resistor Batang Karbon
Resistor jenis batang karbon terhitung jenis resistor jadul sama seperti resistor kawatResistor ini tersusun dari bahan karbon didalamnya dan terdapat kode-kode warna untuk menandai besarnya hambatan dari resistor tersebut. Resistor yang merupakan generasi awal ini untuk penggunaanya saat ini sudah sangat jarang. Sehingga kurang familiar bagi para praktisi elektronika saat ini.
c. Resistor Keramik

Resistor Keramik
Sesuai dengan namanya tentu saja terbuat dari bahan keramik atau porselen, dengan lapisan kaca dibagian terluar. Meskipun ukuranya cukup mungil, namun resistansinya bervariasi, mulai dari kisaran puluhan ohm hingga kilo ohm. Kemajuan Teknologi terutama pada bahan yang dibutuhkan sebagai komponen elektronika, resistor keramik pada saat ini kebanyakan digunakan pada gadget yang memilki ukuran cukup kecil. Coba saja buka perangkat ponsel yang anda miliki, dapat dipastikan akan bisa menemukan resistor jenis ini didalamnya. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.
d. Resistor Film Karbon

Resistor Film Karbon
Resistor Film karbon merupakan sebuah perkembangan dari resistor batang karbon. Resistor ini terbuat dari bahan karbon didalamnya dan diluarnya dilapisi dengan bahan pelindung berupa film. Pelindung ini berguna untuk mnecegah adanya pengaruh eksternal terhadap karakteristik dari resistor jenis ini. Dipermukaanya terdapat gelang-gelag warna yang berguna sebagai indikator besarnya hambatan yang terkandung didalam resistor tersebut. Memiliki Rating daya sama dengan Resistor Kramik tetapi kalah dalam segi keefektifan ukuran komponen. Sehingga lebih banyak resistor kramik yang digunakan untuk peralatan elektronik seperti Smartphone daripada menggunakan Resistor Film karbon yang ukurannya relatif lebih besar.
e. Resistor Film Metal

Resistor Film Metal
Penampakan bentuk fisiknya sekilas terlihat bahwa resistor jenis film metal mirip dengan resistor jenis film karbon. Perbedaan hanya pada warna dasar yang berbeda. Namun sebenarnya kedua jenis resistor ini memilki karakteristik yang berbeda. Untuk resistor film metal memiliki katelitian tertinggi dibandingkan dengan resistor tetap jenis lain. Toleransinya hanya berkisar antara 1-5%.
Resistor Film Metal memiliki resistensi yang lebih besar dibandingkan dengan Resistor Film Karbon. Jika pada Resistor Film Karbon hanya identik dengan 4 kode warna untuk membacanya, pada Resistor Film Metal terdapat 5 dan juga 6 kode warna.  Dalam aplikasinya, resistor film metal biasa digunakan pada perangkat elektronik yang memerlukan ketelitian tinggi, misalnya saja multimeter ataupun alat ukur lainya.

2. Resistor Tidak Tetap (variable resistor)

Berlawanan dengan resistor tetap, resistor variable dapat berubah nilai resistansinya sesuai pengaruh eksternal yang memang sudah didesain demikian. Pengelompokan jenis resistor variable didasarkan pada bagaimana cara merubah resistansi tersebut. Misalnya saja LDR bisa berubah resistansinya jika terjadi perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaanya. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas secara mendetail:
a. Potensiometer

Resistor Potensiometer Putar dan Geser
Potensiometer merupakan resistor yang dapat kita atur besar resistansinya. Cara mengaturnya cukup dengan memutar bagian tuas tengah potensiometer. Resistor jenis ini cukup sering digunakan dalam rangkaianelektronika semacam fm/am tuner, rangkaian sensor cahaya, dan lain sebagainya. Bagian dalam potensiometer terbuat dari kawat berhambatan yang melingkar. Namun selain terbuat dari bahan kawat, ada juga potensiometer yang tersusun dari karbon sehingga ukurannya dapat diperkecil dan interval resistansi yang cukup besar.
Perubahan Resistensi
Ada dua jenis potensiometer yang bisa kita temukan di toko-toko elektronik, yaitu potensiometer jenis logaritmik dan potensiometer jenis linear. Kedua jenis ini memiliki perbedaan pada besarnya perubahan resistansi ketika kita memutar tuas potensiometer.
·         Potensiometer Linear
Dimaksud dengan perubahan secara linier merupakan perubahan nilai resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya.
·         Potensiometer Logaritmik
Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik yaitu perubahan nilai resistansinya berdasarkan perhitungan logaritmik. Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya berada pada titik nol atau titik maksimal putaran.
Untuk bisa menentukan apakah potensiometer tersebut logaritmik atau linier, dapat diketahui dengan cara dilihat huruf yang tertera pada bagian belakang badannya. Jika huruf yang tertera B, maka potensiometer tersebut berarti logaritmik. Sedangkan jika huruf A, maka merupakan jenis potensiometer linier. Pada dasarnya, nilai resistansi juga dapat dilihat dan tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut adalah suatu nilai resistansi maksimal dari potensiometer tersebut.

Simbol Potensiometer dan Rehostats
Cara Penggunaan
Selain dapat dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu Logaritmik ataupun Linear, potensiometer juga bisa dibedakan dari cara penggunaannya yaitu diputar dan digeser.
·         Potensiometer Putar
Diguakan dengan cara diputar untuk mengubah nilai resistensinya yang biasa digunakan pada komponen TV Jadul baik untuk menggangti Channel dan juga bisa digunakan untuk membesarkan dan mengecilkan volume TV. Dapat dilihat pada TV lama jebis hitam putih tahun 90 an, biasanya masih menggunakan potensiometer jenis ini.
·         Potensiometer Geser
Potensiometer geser adalah kembaran dari potensiometer Putar. Perbedaannya adalah pada cara yang digunakan untuk mengubah nilai resistansinya. Pada potensiometer Putar, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang yang muncul keluar. Sedangkan, pada potensiometer geser, cara mengubah nilai resistansinya yaitu dengan cara menggeser gagang pengubah resistensi. Pada umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat potensiometer ini adalah karbon. Adapula yang terbuat dari kawat, namun saat ini sudah jarang digunakan karena ukurannya yang besar. Pada potensiometer geser ini, perubahan nilai resistansinya hanyalah perubahan secara linier.
b. Trimpot

Resistor Trimpot
Bentuk dan cara kerja trimpot sebenarnya tidak jauh berbeda dengan potensiometer. Namun agar kita bisa merubah nilai hambatanya tidak cukup hanya memutar menggunakan tangan kosong ataupun menggesernya saja. Diperlukan alat semacam obeng -/+ untuk memutarnya sehingga nilai resistansinya berubah sesuai dengan yang kita inginkan. Trimpot sama seperti potensiometer juga terdiri atas dua jenis, yaitu trimpot logaritmik dan linear. Memiliki ciri khusus yang bentuk ukurannya lebih kecil dari potensiometer.
c. LDR (Light Dependent Resistor)

Resistor LDR
Seperti yang sudah disinggung diatas, LDR merupakan jenis resistor variabel yang resistansinya dapat berubah seiring dengan intensitas cahaya yang mengenai permukaanya. Dengan sifatnya ini, maka wajar jika LDR biasa digunakan pada lampu-lampu yang bisa mati dan hidup secara otomatis. Sebagai contoh biasanya pada lampu lampu jalan yang akan nyala pada malam hari atau pada saat wilayah sekitar gelap seperti saat mendung dan badai yang menutupi matahari dengan otomatis lampu di jalanan akan nyala dengan sendirinya.

Simbol LDR
Resistansi LDR menurun ketika terpapar cahaya dengan intensitas tinggi. Sebaliknya, semakin kecil intensitas cahaya yang mengenai permukaanya maka resistansi LDR akan semakin besar. Konsep kerja LDR dapat dijelaskan dengan konsep fotolistrik yang dicetuskan oleh Enstein.
d. NTC dan PTC

Resistor NTC Dan PTC
Untuk kedua jenis resistor ini, dapat mengatur besar resistansinya dengan merubah temperature lingkungan sekitar. Pada resistor NTC (negative temperature coefficient) resisntansi semakin kecil ketika suhu lingkungan naik. Untuk PTC (positive temperature coefficient) berlaku sebaliknya, yaitu semakin tinggi suhu lingkungan semakin besar pula nilai resistansinya.

Simbol NTC dan PTC
Pada dasarnya resistansi setiap bahan pasti dipengaruhi oleh suhu lingkungan meskipun sangat kecil pengaruhnya. Dalam sebuah rangkaian listrik skala kecil faktor ini bisa kita abaikan. Namun tidak jika sudah masuk ke dunia industri skala besar, semua faktor yang dicurigai berpengaruh sebisa mungkin di hitung dan diteliti efek kedepanya.
e. Rheostat

Rheostat
Pastinya sudah tahu jika anda sudah pernah praktikum fisika jikapun belum pernah seharusnya tetap tidak asing dengan jenis resistor variable yang satu ini. Terbuat dari uliran kawat yang rapat dan berdiameter cukup besar, sehingga ukuranya pun besar. Rheostat paling sering digunakan dalam laboratorium. Cara mengubah resistansinya cukup mudah, yaitu dengan menggeser kepala bagian atas dari rheostat.

C.           JELASKAN TENTANG CAPACITOR

Pengertian dan Fungsi Kapasitor


Pengertian dan Fungsi Kapasitor – Ketika anda memutuskan untuk menjadi seorang teknisi elektronika, mengenal dan mempelajari berbagai macam komponen elektronika adalah wajib hukumnya. Karena hal tersebut adalah salah satu ilmu dasar yang memang harus dikuasai dengan baik.
Ada banyak sekali jenis komponen elektronika mulai dari kapasitor, resistor, transistor, transformator, dan masih banyak lagi yang lain. Secara umum, komponen elektronika dibagi menjadi dua macam, yakni komponen elektronika aktif dan komponen elektronika pasif.
Pada kesempatan kali ini belajarelektronika.net akan mengajak anda semua untuk mencari tahu informasi mengenai salah satu komponen elektronika yang bernama kapasitor. Mari kita cari tahu bersama sebenarnya apa itu kapasitor, dan apa saja fungsinya? Jika anda ingin tahu info lengkapnya, silahkan simak baik-baik.

Pengertian Kapasitor


Kapasitor adalah salah satu jenis komponen elektronika yang memiliki kemampuan dapat menyimpan muatan arus listrik di dalam medan listrik selama batas waktu tertentu dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan arus listrik tersebut. Kapasitor juga memiliki sebutan lain, yakni kondensator.
Kapasitor atau kondensator ini termasuk salah satu jenis komponen pasif. Komponen yang satu ini ditemukan pertama kali oleh seorang ilmuan bernama Michael Faraday yang lahir pada tahun 1791, dan wafat pada 1867. Karena itu satuan yang digunakan untuk kapasitor adalah Farad (F) yang diambil dari nama ilmuan tersebut.
Sekedar informasi saja bahwa 1 Farad sama dengan 9 × 1011 cm2. Seperti yang telah kami katakan tadi bahwa kapasitor punya nama lain kondensator. Kata “kondensator” sendiri pertama kali disebut oleh seorang ilmuan berkebangsaan Italia bernama Alessandro Volta pada tahun 1782.
Kata kondensator tersebut diambil dari bahasa Italia “condensatore”, yang berarti kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik. Cara kerja kapasitor dalam sebuah rangkaian elektronika terbilang sederhana. Listrik dialirkan menuju ke kapasitor atua kondensator.
                          
Saat kapasitor sudah terisi penuh dengan arus listrik, maka kapasitor tersebut akan mengeluarkan muatannya, dan kembali mengisinya lagi seperti awal. Proses tersebut berlangsung terus-menerus dan begitu seterusnya. Pada umumnya kapasitor terbuat dari bahan dua buah lempengan logam yang dipisahkan oleh bahan dielektrik.
Bahan dielektrik sendiri adalah bahan yang tidak bisa dialiri listrik (isolator) seperti ruang hampa udara, gelas, keramik, dan masih banyak lagi yang lain. Jika kedua ujung plat logam diberikan aliran listrik, maka yang terjadi adalah muatan positif akan berkumpul pada ujuang plat logam yang satunya atau sebaliknya.
Karena ada bahan dielektrik atau non konduktor, maka muatan positif tidak akan bisa menuju ke muatan negatif, dan sebaliknya muatan negatif juga tidak akan bisa menuju ke muatan positif. Muatan elektrik tersebut akan tersimpan selama tidak ada konduksi pada bagian ujung-ujung kaki kapasitor.

Fungsi Kapasitor


Nah, setelah tahu apa itu kapasitor dan bagaimana cara kerjanya, anda juga harus mengetahui apa saja fungsi kapasitor. Dalam dunia elektronika kita mengenal beberapa fungsi yang dimiliki oleh komponen kapasitor. Berikut kami berikan rangkuman mengenai beberapa fungsi yang dimiliki oleh komponen kapasitor.
  • Untuk menyimpan arus dan tegangan listrik sementara waktu
  • Sebagai penyaring atau filter dalam sebuah rangkaian elektronika seperti power supply atau adaptor
  • Untuk menghilangkan bouncing (percikan api) abila dipasang pada saklar
  • Sebagai kopling antara rangkaian elektronika satu dengan rangkaian elektronika yang lain
  • Untuk menghemat daya listrik apabila dipasang pada lampu neon
  • Sebagai isolator atau penahan arus listrik untuk arus DC atau searah
  • Sebagai konduktor atau menghantarkan arus listrik untuk arus AC atau bolak-balik
  • Untuk meratakan gelombang tegangan DC pada rangkaian pengubah tegangan AC ke DC (adaptor)
  • Sebagai oscilator atau pembangkit gelombang AC (bolak-balik)
  • Dan lain sebagainya
Bagaimana, sudah paham tentang pengertian kapasitor dan fungsinya? Jika masih belum paham, anda bisa meninggalkan komentar di kolom yang tersedia, atau bisa langsung hubungi admin di fanspage sosial media Facebook. Nantikan update info seputar elektronika lainnya, dan jangan lupa share jika informasi ini bermanfaat.


4.    LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
            BUAT RANGKAIAN SEPERTI DIBAWAH INI MENGGUNAKAN PROTEUS
  1. PERCOBAAN 1.


  1. PERCOBAAN 2.

5.    ANALISA.

A. BRP TEGANGAN YANG DITUNJUKKAN PADA RV1 DAN RV2 KETIKA SWITCH OFF DAN SWITCH ON.

        1. Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch on dan di tekan tombol        play dengan minimal tegangan 1K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan            menyala dan arus mengalir.
       2. Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch off dan di tekan tombol        play dengan minimal 1k pada V1 dan V2, maka lampu LED tidak menyala              dan   arus tidak mengalir.
       3. Pada rangkaian percobaan kedua pada saat di play dengan tegangan                    minimal  1k pada V1 dan V2, maka lampu LED akan menyala dan arus                  mengalir.
     
B. APA YG TERJADI JIKA RV1 DAN RV2 DIUBAH NILAI RESISTANSINYA.

1.  Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch on dan di tekan tombol      play dengan tegangan 0K pada V1 dan V2 maka lampu LED tidak menyala dan  arus tidak mengalir.
2. Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch on dan di tekan tplay dengan tegangan 1K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala          dengan cepat dan arus mengalir dengan cepat.
3.  Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch on dan di tekan tombol play dengan tegangan 10K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala lambat dan arus mengalir dengan lambat.
4.  Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch on dan di tekan tombol play dengan tegangan 100K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala sangat lambat dan arus mengalir dengan sangat lambat.
5.  Pada rangkaian percobaan pertama pada saat switch off dan di tekan tombol play dengan tegangan 0K,1K, 10K dan 100 K pada V1 dan V2 maka lampu LED tidak menyala dan arus mengalir tidak mengalir.
6. Pada rangkaian percobaan kedua pada saat di tekan tombol play dengan tegangan 0K pada V1 dan V2 maka lampu LED tidak menyala lambat dan arus tidak mengalir.
7. Pada rangkaian percobaan kedua pada saat di tekan tombol play dengan tegangan 1K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala dengan cepat dan arus mengalir dengan cepat.
8. Pada rangkaian percobaan kedua pada saat di tekan tombol play dengan tegangan 10 K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala lambat dan arus mengalir lambat.
9. Pada rangkaian percobaan kedua pada saat di tekan tombol play dengan tegangan 100K pada V1 dan V2 maka lampu LED akan menyala sangat lambat dan arus mengalir sangat lambat.

6.  KESIMPULAN DAN SARAN.


a.  Pada rangkaian diatas pengaturan resistansi pada tegangan sangat berpengaruh karena ketika V1 dan V2 di beri tegangan kecil ( 0K ) maka lampu LED tidak akan menyala dan arus tidak akan mengalir, begitu juga sebaliknya jika V1 dan V2 diberi tegangan terlalu banyak maka lampu LED akan menyala sangat lambat dan arus mengalir sangat lambat.

b. Saran saya ketika mau menggunakan rangkaian RUNNING LED sebaiknya menggunakan tengangan 1K – 5K.